Komunitas Disabilitas Kota Bogor Peduli Sampah

Cek Bogor – Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Kehutanan Kementrian Lingkungah Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar pendampingan pengelolaan bank sampah bersama komunitas disabilitas di kota bogor. Acara dengan tema “Gerakan Memilah Sampah Menjadi Berkah” dihadiri perwakilan-perwakilan komunitas dan pegiat lingkungan di kota bogor dan juga pakar Bank Sampah, Andi Sabyan, Munis dan Kadis LH Kota Bogor Elia Buntang.

Pengiat lingkungan yg turut mengagas acara tersebut M Ageng mengatakan perlu ada pendekatan kepada komunitas2 agar sumber masalah sampah dapat teratasi di hulunya. Masyarakat harus diajak ikut terlibat dan di dampingi. Pemerintah juga harus mulai memaksa kesadaran masyarakat jika perlu ada regulasi yg mengatur jika sampah rumah tangga tidak dipilah maka petugas tidak mengangkut sampah di lingkungan . Sehingga pendekatan program tidak hanya berbasis program fisik pengadaan tapi membangun edukasi budaya kesadaran masyarakat dan pendampingan lebih utama dijadikan program deteksi dini pencegahan timbulnya sumber sampah mulai dr skala rumah dan lingkungan dengan adanya reward dan punisment bagi warga yang akan memilah tentunya akan menjadi media yang akan mengurangibsampah dari sumbernya . Ucapnya

Perwakilan Ditjen PSLB3 KLHK, Arief Sumarji mengatakan, dengan langsung pendampingan pemanfaatan sampah oleh pakar bank sampah diharapkan dapat memotivasi masyarakat kota bogor untuk mau memanfatkan sampah. “Program pembinaan pengelolaan bank sampah diharapkan dapat ikut mendorong pengurangan sampah dari sumber rumah tangga sehingga paradigma masyarakat dari sampah adalah limbah dapat berubah menjadi sampah adalah berkah,” katanya.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Rosa Vivien Ratnawati dalam sambutannya mengatakan, Permasalahan sampah yang sudah kompleks membutuhkan penanganan yang terintegrasi, tidak saja pengolahan sampah di hilir atau di Tempat Permrosesan Akhir (TPA) tetapi juga upaya besar pengurangan sampah dari sumbernya. Untuk itu pemerintah, baik di pusat maupun daerah terus mengkampanyekan pengurangan sampah. Hal ini dapat dicapai dengan cara menghindari pemakaian produk sekali pakai serta pemanfaatan sampah bernilai ekonomis yang dapat menjadi motor penggerak ekonomi rakyat. “Pemikiran bahwa Sampah adalah limbah tidak berguna harus dirubah menjadi Sampah menjadi berkah,” katanya. Sampah sangat bermanfaat apabila dikelola dengan bijak, melibatkan semua elemen masyarakat.

Karena itu, Viven menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dengan cara yang paling mudah dan sederhana yaitu memulai dari diri sendiri. “Mulailah dengan niat tidak membuang sampah sembarangan, tidak membakar sampah, kemudian mulailah dengan belajar memilah sampah yaitu dengan memisahkan sampah basah dan sampah kering (atau sampah organik dan sampah non organik). Kembangkan kreatifitas untuk kemudian dapat memanfaatkan sampah menjadi barang yang lebih berguna dan memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan,” imbaunya.

Vivien mengingatkan, Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga mengamanatkan target pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah sebesar 70% pada tahun 2025, sehingga tercapai Indonesia Bersih Sampah 2025. Kabupaten/kota harus mempunyai perencanaan dan aksi nyata dalam pengurangan dan penangan sampah melalui kebijakan dan strategi daerah. Artinya harus terjadi pengurangan sampah dan penanganan sampah yang terukur di Kabupaten/Kota. “Untuk itu kita harus menemukan cara yang tepat agar peran serta masyarakat terutama kader lingkungan yang hadir di sini untuk benar-benar peduli akan kebersihan dan pengurangan sampah. Kita harus bisa menunjukkan bahwa masyarakat dan pemerintah kota Bogor dapat bekerjasama untuk mencapai kota yang layak huni (Liveable Cities),” paparnya.

Kota Bogor sebagai kota pendidikan dan kota wisata di Jawa Barat mempunyai implikasi jumlah timbulan sampah yang terus meningkat yang dihasilkan oleh penduduk dan pendatang atau wisatawan, oleh karena itu maka tidak mudah pemerintah Kota Bogor melakukan pelayanan ke seluruh kecamatan, apalagi dengan kondisi Tempat Pemrosesan Akhir yang sudah hampir penuh. Untuk itu pola pikir masyarakat yang selama ini “Kumpul, Angkut, Buang” harus diubah menjadi “Kumpul, Pilah dan Olah”, sehingga sampah mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat yang berkembang dan menjadi circular economy. “Untuk itu seharusnya seluruh warga Kota Bogor ikut terlibat dalam pengelolaan sampah, sehingga jumlah sampah yang dibawa ke TPA dapat dikurangi secara signifikan. Selanjutnya, kami mengharapkan pemanfaatan motor sampah roda tiga ini tepat sasaran bagi masyarakat yang mengurangi sampah dari sumbernya dalam mendukung pengembangan Bank Sampah,” pungkasnya (Ra)