Pembersihan Karang Gigi Sebaiknya 6 Bulan Sekali

Klik Bogor – Masalah gigi sering kali disepelekan, padahal gigi dan mulut adalah gerbang utama masuknya kuman. Kebanyakan orang baru akan datang ke dokter gigi setelah mengalami sakit gigi atau ketika punya masalah bau mulut. Karang gigi atau yang dalam bahasa medis disebut dental calculus salah satu masalah gigi yang disepelekan, tapi bisa berbahaya jika didiamkan.
drg. Ina Asmisari Syawalina mengatakan, karang gigi selain dapat menyebabkan bau mulut juga rawan terhadap kesehatan gusi. “Gusi jadi lebih mudah berdarah,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti tersebut.
Ina yang membuka praktik di Gigina Dental Clinic di Perumahan Griya Bukit Jaya I, Blok H11 Nomor 25, Desa Tlajung Udik, Kecamatan Gunung Putri, menyarankan, pembersihan karang gigi sebaiknya dilakukan secara rutin minimal 6 bulan sekali.
Membersihkan karang gigi dilakukan dengan alat yang disebut dengan ultrasonic scaler. Kegiatan membersihkan karang gigi ini dinamakan scaling gigi yang hanya dilakukan oleh dokter gigi. Dengan scaling gigi, karang gigi yang sangat keras sekali pun dapat hilang.
Alat khusus ini bekerja membersihkan karang gigi dengan sangat detail, dari sela-sela hingga bagian terdalam gigi. Scaling gigi akan menghilangkan karang gigi dari bagian garis gusi yang biasanya sulit dijangkau dengan sikat gigi.
“Membersihkan karang gigi dengan scaling biasanya dilakukan minimal enam bulan sekali. Inilah mengapa memeriksa gigi rutin dan teratur enam bulan sekali itu penting,” tambahnya.
Gigina Dental Clinic, kata Ina, juga melayani pembersihan karang gigi. Klinik tersebut melayani tindakan pengobatan, penanggalan, pencabutan atau yang sering disebut odontektomi. Ina mengatakan, untuk memanjakan pasiennya, ia membuat dekorasi ruang yang ramah dan  nyaman. “Tujuannya agar pasien tidak merasa takut, tidak bosan apalagi jenuh,” jelasnya.
Selain itu, Gigina Dental Clinic juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung, antara lain alat bleaching dan kamera Intra Oral yang memungkinkan terjadinya pemeriksaan interaktif antara dokter dan pasien. “Sehingga pasien bisa tahu kondisi dalam mulutnya seperti apa dan dokter bisa menjelaskan apa penyebabnya dan bagaimana tindakannya,” ujarnya.