CekJakarta – Sebagai upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan tinggi. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meluncurkan empat Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Keempat LAM tersebut adalah, LAM Sains Alam dan Ilmu Formal (LAM Sama), LAM Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi (LAM EMBA), LAM Kependidikan, serta Indonesia Accreditation Board for Engineering Education (IABEE).
Peluncuran LAM tersebut dilakukan di sela Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-24 Tahun 2019 di Denpasar, Bali pada Senin (26/08/2019).
Menurut Menristekdikti Mohamad Nasir, LAM hadir untuk meningkatkan percepatan dan peningkatan kualitas penjaminan mutu di program studi di Indonesia. Dengan kekhususan sistem akreditasi untuk masing-masing rumpun keilmuan, percepatan dan peningkatan kualitas sangat memungkinkan.
Harapannya, setelah diluncurkan keempat LAM ini mampu melanjutkan kinerja mulai dari strukturisasi organisasi, instrumen penilaian akreditasi, teknologi akreditasi, hingga akhirnya mampu memulai akreditasi di program studi di seluruh Indonesia.
Selain itu, seiring dengan semakin maraknya pembelajaran dalam jaringan (e-learning) di Perguruan Tinggi di Indonesia, diperlukan penjaminan kualitas dan standarisasi pengelola pembelajaran serta keberlanjutan dalam penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan (e-learning) di Perguruan Tinggi di Indonesia.
Dalam upaya menjawab tantangan tersebut dan melaksanakan mandat Permenristekdikti No. 51 Tahun 2018 Pasal 52 Ayat 1, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendirikan Institut Pendidikan Siber Indonesia (Indonesia Cyber Education Institute) atau ICE Institute.
Lembaga ini merupakan lembaga non struktural di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang mempunyai peran diantaranya: 1. Menjamin kualitas layanan pembelajaran dalam jaringan dan pendidikan jarak jauh; 2. Pengelola sistem pembelajaran dalam jaringan; 3.Menyediakan platform dan galeri pembelajaran dalam jaringan bagi perguruan tinggi.
Adapun pada kesempatan yang sama, pendirian ICE Institute oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang berada di bawah Dirjen Kelembagaan, Kemenristekdikti melibatkan beberapa perguruan tinggi bereputasi di Indonesia yang sudah menggeluti pendidikan jarak jauh, yaitu Universitas Terbuka (UT), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Bengkulu (UNIB), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Pradita Institut, Universitas Bina Nusantara (Binus).
Peresmian ICE Institute ini juga disertai dengan penandatanganan prasasti Gedung ICE Institute. Dengan berdirinya ICE Institute, Kementerian dapat menjamin mutu semua pembelajaran daring di Indonesia. Oleh sebab itu, Kemenristekdikti mendukung berdirinya Universitas Siber Asia sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pembelajaran daring secara utuh di Indonesia.
Rangkaian agenda ini dihadiri oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Muhammad Fanshurullah Asa, Ketua Panitia Khusus RUU Sisnas Iptek Daryatmo Mardiyanto, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Jumain Appe, Direktorat Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Patdono Suwignjo, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ismunandar, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati, Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron Mukti, para eselon dari Kemenristekdikti, Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kota Denpasar, para perwakilan perguruan tinggi, para perwakilan lembaga penelitian serta pengembangan (lemlitbang) seluruh Indonesia.(ris)