26 Orang Meninggal Karena Kerusuhan Wamena

CekJakarta – Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), akibat dipicu adanya hoaks telah menyebabkan 26 orang meninggal dunia.

“Sampai hari ini jam 12 siang WIB, kita dapat informasi ada 26 orang meninggal dunia, 22 merupakan pendatang akibat terutama luka bacok dan terbakar di dalam rumah yang dibakar atau ruko dibakar, kemudian empat orang warga papua asli juga ada yang meninggal. Sementara yang terluka kurang lebih 66 orang. Ini yang sangat kita sayangkan,” ungkap Kapolri dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Lebih lanjut Kapolri menjelaskan bahwa kerusuhan tersebut terjadi akibat beredarnya hoaks yang menyebutkan seorang guru di SMA PGRI telah melakukan aksi rasisme terhadap murid asli Papua. Padahal, berdasarkan informasi sementara, yang terjadi adalah salah dengar.

“Ada isu bahwa seorang guru yang sedang mengajar menyampaikan ke muridnya, ini isunya ya, bahwa guru menyampaikan kalo berbicara keras, nah terdengar oleh, menurut isu ini, murid ini yang terdengar kera, sehingga muncul lagi menyampaikan temannya saya dikatakan oleh guru tadi monyet, padahal yang dimaksud jangan berbicara keras,” tuturnya.

Namun demikian, pihaknya tetap akan melakukan investigasi apakah peristiwa tersebut benar terjadi atau tidak.

“Yang jelas yang muncul di masyarakat dan berkembang di masyarakat, dan kami yakin yang mengembangkan itu adalah kami dpt informasi ada kelompok-kelompok dari underbow KNPB (Komite Nasional Papua Barat) yang menggunakan seragam SMA. Dia yang menyampaikan isu, kita cari orangnya sekarang, bahwa ada guru rasis yang menyampaikan kata-kata tidak pantas tersebut. Padahal sekali lagi ini tidak benar dan belum tentu benar,” sambung Kapolri.

Akan tetapi, kata dia, isu tersebut sudah terlanjut menyebar dan kelompok-kelompok KNPB beserta underbow-nya bergabung memprovokasi anak-anak pelajar SMA di situ sehingga mereka berkumpul dan bergabung. Meski aparat keamanan sudah cepat datang untuk menenangkan mereka, namun masa sudah terlanjut besar, yakni sekitar 2 ribuan lebih dan tiba-tiba langsung melakukan aksi anarkis.

“Ada yang melempar batu ke toko-toko, terutama milik pendatang, dan setelah itu sampai kantor bupati, merusak faislitas lainnya, termasuk mobil dan sepeda motor ada yang dibakar, dan melakukan kekerasan yang mematikan kepada terutama pendatang,” jelas Kapolri.

Akibat aksi yang berlangsung sejak pukul 07.30 pagi sampai 15.00 sore itu terjadi kerusakan di kantor bupati, kejaskaan, puskesmas, perbankan, bappeda, kantor-kantor, ruko-ruko, sekolah, serta 50 mobil dan 50 sepeda motor.

“Situasi saat ini relatif kembali normal meski kita waspada dan kita tambah pasukan lagi tadi pagi. Kita perkuat pengamanan di sana karena masih banyak pendatang mengungsi di kantor kodim, polres jayawijaya, kantor aparat keamanan di sana,” tandas Kapolri. (nba)