CekJakarta – Indonesia terus memperkuat kerja sama teknis dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) guna meningkatkan kontribusi teknologi nuklir untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDG).
Menristekdikti M Nasir juga menyebutkan bahwa saat ini Indonesia telah memiliki Practical Arrangement dengan IAEA untuk memudahkan kerja sama teknis di antara negara berkembang, dalam berbagai kerangka termasuk Kerja Sama Selatan-Selatan.
Untuk mendukung hal ini, Indonesia telah memperkuat kemampuan safeguards nuklir yang dikembangkan IAEA di kawasan Asia-Pasifik, antara lain, melalui keketuaan Indonesia pada Asia-Pacific Safeguards Network (APSN),” tegas Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI M Nasir dalam Sidang Umum IAEA ke-63 di Wina, Austria, Senin (16/9/2019).
“Dengan kemampuan teknis nuklir yang makin mumpuni, Indonesia telah memposisikan diri sebagai negara pemberi bantuan. Sebagai bukti, Indonesia telah ditunjuk oleh IAEA sebagai Collaborating Centre for Plant Mutation Breeding, menjadi negara kontributor IAEA Peaceful Uses Initiatives, dan menjadi negara penyedia bantuan untuk meningkatkan kapasitas teknis nuklir sejumlah negara dalam kerangka Nuclear Capacity Project yang akan dimulai tahun depan,” imbuhnya.
Menristekdikti juga mempromosikan keunggulan Indonesia lainnya, yaitu di sektor pertanian. Dengan teknologi nuklir, Indonesia telah berinovasi mengembangkan varietas padi dan kedelai unggul yang berkontribusi terhadap pencapaian ketahanan pangan nasional. Inovasi ini mendapat dukungan dari IAEA, dan organisasi internasional terkemuka lainnya yaitu Food and Agricultural Organization (FAO), dan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO).
Tidak kalah dengan sektor pertanian, kemajuan Indonesia di sektor kesehatan juga disampaikan oleh Menristek. “Saat ini, Indonesia dan IAEA bekerja sama mengembangkan kemampuan kedokteran nuklir nasional, khususnya untuk penanganan penyakit kanker,” tegas Menteri Nasir.
Hal lain yang medapat perhatian negara-negara adalah inovasi Indonesia dalam memajukan edukasi nuklir kepada generasi muda, melalui konsep “Internet Reactor Laboratory”. Selama seminggu ke depan, Indonesia memamerkan metode distant learning di mana aktivitas reaktor riset Kartini di Yogyakarta dapat dipantau secara live melalui jaringan internet dari Markas PBB Wina.
Terkait isu Nuklir Iran, Menteri Nasir mengapresiasi performa IAEA yang profesional, imparsial, dan obyektif dalam melakukan verifikasi dan memonitor Iran untuk mengimplementasikan Perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Menristek juga mendesak pihak lainnya yang terlibat untuk terus menjaga komitmen untuk keutuhan dan kelanjutan JCPOA.
Sementara itu, mengenai isu nuklir Korea Utara, Indonesia menyambut baik komunikasi yang telah dibangun Amerika Serikat dan Korea Utara, serta meminta IAEA untuk selalu siap memainkan peran penting verifikasi, sekiranya tercapai kesepakatan politik diantara negara-negara yang terkait.
Selain Menristekdikti yang didampingi oleh KUAI TBH Witjaksono Adi, Kepala BATAN Anhar Antariksawan, Kepala BAPETEN Jazi Eko Istiyanto, Sekretaris Jenderal Ainun Na’im, Dirjen Muhammad Dimyati, Delegasi RI pada Sidang Umum IAEA juga diperkuat sejumlah DelRI yang berasal dari K/L terkait seperti Kemenlu, Kemenkes, BATAN, BAPETEN, KBRI/PTRI Wina dan PT INUKI.
Sidang Umum IAEA merupakan Konferensi tahunan di Markas PBB Wina sejak tahun 1956 yang diselenggarakan bagi negara-negara anggota PBB untuk mementukan arah kebijakan IAEA untuk menjamin penggunaan energi dan teknologi nuklir semata-mata untuk tujuan damai. (ris)