Kasus Penyakit Diare di Mojokerto

CekJakarta – Pada tahun 2018, kasus penyakit diare di Kota Mojokerto, Jawa Timur, turun ke angka 665 kasus dari 827 kasus pada tahun 2015.

Pemerintah Kota Mojokerto mampu menurunkan angka penyakit diare melalui inovasi Program Oke Singkirkan Kesakitan Diare dengan Observasi Pangan Aman, Mencuci Tangan Pakai Sabun, dan Air Minum Aman atau Posko Paman.

Sejak diterapkan tahun 2016 lalu, kegiatan Posko Paman ini difokuskan pada Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Pemilihan Posyandu sendiri dikarenakan Posyandu adalah wahana upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang menjadi pusat berkumpulnya balita dan keluarga untuk bertemu dengan kader kesehatan atau petugas Puskesmas.

“Angka kesakitan diare menurun sangat signifikan dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2017, Posyandu kami mendapatkan juara II tingkat nasional,” ujar Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari dalam wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2019 di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu.

Ika menjelaskan, inovasi ini lahir dibelatarlakangi oleh belum tercapainya tujuan penerapan Open Defecation Fee (ODF) atau penggunaan jamban sehat yang menyebabkan angka penyakit diare masih cukup tinggi.

Atas kenyataan itu, pihak UPTD Puskesmas Wates Dinas Kesehatan Kota Mojokerto melakukan observasi terhadap para penderita sakit diare.

Dalam penerapannya tentu ada tantangan yang dihadapi. Apalagi, program ini menyangkut soal mengubah pola perilaku masyarakat yang memerlukan kesadaran dari masyarakat. Berbagai upaya dilakukan seperti menggerakkan berbagai kader dari PKK, kader motivator, kesehatan, dan remaja.

“Kalau untuk level anak-anak kami gunakan kader Tiwisada (dokter kecil), karna lebih mudah ditangkap karena sesama anak-anak,” tambahnya.

Dengan inovasi ini, masyarakat juga bisa mendapat pelayanan pemeriksaan bahan tambahan pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya seperti boraks, formalin, rhodamin B, dan methanil yellow secara gratis.

“Awalnya, uji pangan ini terasa berat karena mahalnya biaya reagen. Untuk menyiasati permasalahan reagen, kader mampu membuat reagen pemeriksaan boraks secara sederhana dan murah,” ungkap Ika.

Sejak awal tahun 2019, inovasi Posko Paman telah diadopsi oleh Puskesmas Gedongan dan Puskesmas Blooto, Mojokerto. Ika berharap, program Posko Paman ini semakin banyak diadopsi agar kualitas SDM meningkat.

“Kami berharap dengan semakin banyak yang mengadopsi program posko paman ini maka kualitas SDM ke depan, tidak hanya di Mojokerto tapi juga di seluruh Indonesia, bisa lebih baik dan meningkat karena terbebas dari penyakit yang berbahaya,” tutupnya. (prb)