cekberita.net, Megamendung – Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor dikenal sebagai kawasan wisata dan pertanian. Lokasi strategis berada di kawasan Wisata Puncak dan lahan yang subur serta panorama perbukitan yang indah membuat Kecamatan Megamendung menjadi salah satu daerah tujuan wisata si Kabupaten Bogor.
Luas wilayah 39,87. Jumlah penduduk 107.668 jiwa pada tahun 1997, potensi pariwisata dan pertanian di Kecamatan Megamendung masih belum dikelola secara maksimal. Hal itu dilihat dari masih banyaknya lahan kosong yang terbengkalai.
“Saya sudah keliling di 12 desa yang berada di Kecamatan Megamendung, ternyata masih banyak lahan tidur, padahal lahan yang terbengkalai ini masih bisa dimanfaatkan untuk pertanian karena tingkat kesuburannya karena memiliki unsur Hara yang tinggi sehingga sangat mendukung untuk aktifitas pertanian,” ujar Ketua Umum Himpunan Petani dan Peternak Milenial Indonesia, Aldi Supriyadi, Senin (14/1/2020)
Melihat potensi itu, masih Kata pria yang akrab disapa Aldi ini, Komunitas Petani baru yang tergabung dalam HPPMI mulai memanfaatkan lahan tidur dengan mencoba budidaya beberapa komoditas pertanian yang sangat cocok di tanam pada suhu rata rata 21•C.
“Kami tidak memiliki lahan di Megamendung, untuk mendapatkan lahan kami menghubungi warga setempat dan menanyakan siapa pemilik lahan yang bisa disewa untuk jangka paling sedikit lima tahun. Setelah mendapatkan lahan kami mulai menanam sayur mayur pisang dan cabai,” Imbuh Aldi.
Warga setempat, Hujaimah Azizi menuturkan, warga sekitar sudah jarang memiliki lahan yang luas untuk pertanian. Adapun lahan luas yang sekarang menjadi lahan tidur, sudah milik orang dari daerah lain.
“Untuk menggarap lahan dibutuhkan modal uang yang cukup, selain Harus sewa lahan, biaya pemeliharaan cukup besar. Petani lokal hanya menanam semampunya baik di lahan milik sendiri yang tidak begitu luas, serta ada juga yang menggarap lahan tidur milik orang lain,” ujarnya.
Menggarap lahan tidur tanpa sepengetahuan pemilik juga sangat beresiko, karena tidak sedikit petani yang merugi karena pada saat akan panen, lahan tersebut digunakan oleh pemiliknya. “Kami berharap ada solusi dari pemerintah atas masalah banyaknya lahan tidur ini,” tandasnya (*)