Wabah Corona virus Disaese 2019 (Covid-19) membuat para pemimpin negara di seluruh dunia, dihadapkan pada pilihan yang sulit antara mendahulukan keselamatan warganya dari paparan virus yang mematikan atau menyelamatkan negaranya dari krisis ekonomi dari dampak sejumlah kebijakan dalam menangani kasus ini. Kesehatan dan ekonomi dua-duanya merupakan masalah yang sangat fundamental untuk keberlangsungan hidup warga negara.
Hingga hari ini, ikhtiar para ilmuwan untuk menemukan obat yang mampu membunuh virus di tubuh pasien yang terjangkit belum sepenuhnya berhasil. Meskipun kita harus memberi apresiasi setinggi-tingginya, karena kerja keras mereka tersebut mengalami kemajuan. Rekomendasi para ahli baru sebatas menahan tingkat penyebaran virus yang mudah sekali menular ini dengan cara membatasi interaksi fisik orang perorang. Social Distancing, Physical Distancing adalah dua metode yang dianggap paling efektif untuk mengendalikan curva pertumbuhan kasus hingga tidak terjadi lonjakan secara ektsrim di satu waktu mengingat terbatasnya kapasitas layanan kesehatan.
Beragam kebijakan dilakukan oleh para pemimpin untuk memutus mata rantai penularan Covid 19 ini, dari mulai meliburkan berbagai aktifitas yang mengkondisikan orang berkumpul di satu tempat, membatasi pergerakan keluar masuk manusia dari satu tempat ke tempat lain, dan yang paling ekstrim mengkarantina wilayah dengan mengunci daerah agar tidak ada yang keluar ataupun masuk karena berpotensi membawa dan mendatangkan virus, atau dunia menyebutnya dengan istilah lockdown. Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan darurat sipil, yang artinya pergerakan manusia akan dibatasi dan diawasi dalan skala besar.
Namun, konsekuensi dari semua pilihan kebijakan ini tidaklah ringan. Membatasi interaksi manusia, berdampak pada menurunnya produktifitas. Perputaran ekonomi melambat, para pekerja di sektor produksi di rumahkan karena perusahaan tidak mampu membayar. Dunia profesi juga ikut terdampak, club-club sepakbola misalnya memangkas gaji atlit dan official hingga 90 persen, agar bisa mengatur cash folow keuangan mereka ditengah kondisi darurat yang diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan. Pemerintah Iran, bahkan memprediksi kondisi ini akan dirasakan hingga satu tahun ke depan. Waktu yang sangat panjang, dan mungkin akan sangat sulit dilewati meskipun hanya sebatas untuk bertahan.
Merespon masalah dilematis Antara kesehatan dan ekonomi di tengah wabah CoViD-19, World Health Organization (WHO) yang merupakan lembaga kesehatan dunia, dan International Monetary Fund (IMF) yang merupakan lembaga sentral dalam mengatur sistem moneter global sudah melakukan perundingan tingkat tinggi. Keduanya bersepakat menyelesaikan masalah kesehatan merupakan pilihan yang paling bijak untuk menghindari krisis keuangan global. Namun, keduanya juga mengakui betapa sulitnya hal ini dipraktekkan di lapangan, mengingat kedua persoalan saling berkaitan. Covid 19 yang menyerang kesehatan manusia telah menjangkit puluhan juta jiwa dan merenggut puluhan ribu nyawa manusia Pada saat bersamaan krisis ekonomi dengan menurunnya kemampuan manusia memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, berpotensi terhadap gangguan kesehatan.
Dalam kondisi yang serba sulit ini, pilihan kita adalah bersatu untuk perang melawan wabah covid-19. Menurut penulis, kita tidak punya pilihan lain. Ikhtiar dan doa harus berjalan beriringan. Kepatuhan kita untuk mengikuti imbauan dan instruksi pemimpin harus kita tingkatkan. Pemerintah Daerah jangan mengambil kebijakan yang berlawanan dengan kebijakan pemerintah pusat. Sementara bagi kita masyarakat biasa, harus berhenti saling menyalahkan, apalagi mencari-cari celah kesalahan satu sama lain yang tentu akan membuat kondisi menjadi jauh lebih buruk. Perlu kita sadari, masalah ini telah menjadi pandemi global dan kita yakin tidak ada satupun pemimpin negara yang ingin rakyatnya menjadi korban keganasan virus ini, dan tidak ingin negaranya gagal menghadapi ujian berat ini.
Kita memang harus mengatur jarak sosial, dan sejalan dengan itu kita harus meningkatkan kepedulian sosial. Langkah paling konkret dan yang paling utama adalah menjaga diri sendiri untuk tidak tertular, menjaga keluarga agar selamat dari wabah ini, dan bagi yang punya sedikit kelebihan ekonomi, pastikan kiri, kanan, depan, dan belakang tetangga kita aman baik kesehatannya maupun kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari di rumah.
Saeful Ramadhan
Sekretaris LESBUMI NUĀ Kota Tangerang