Sebanyak 75 Orang Tim SMP Kunjungi Singapura

Berita Singapura — Sebanyak 75 civitas akademika Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) mengikuti student mobility program (SMP). Tujuan pertama mereka adalah ke Institut Pengajian Tinggi Al-Zuhri, sebuah lembaga pendidikan berbasis komunitas yang berada di Singapura.
Kedatangan tim SMP Kemenag di Singapura diterima Pimpinan Institut Pengajian Tinggi Al-Zuhri Fathurrahman Daud. Kepada tim, Fathurahman mengatakan umat Islam Singapura adalah minoritas. Untuk menjaga eksistensinya di bentuk wadah fungsional untuk mengembangkan dakwah melalui Amla (administrasi of muslim) dan Majlis Ugama Islam.
“Kami bersyukur dalam struktur pemerintahan Singapura umat Islam memiliki menteri urusan agama Islam,” kata Fathurrahman di Singapura, Senin (26/11). Pemerintah memfasilitasi pengadaan tanah untuk lokasi pembangunan masjid dan masjid menjadi aktifitas pembinaan pendidikan Islam yang efektif.
Fathurrahman menerangkan saat ini ada enam madrasah di Singapura yang menawarkan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, yaitu, Aljunied Al-Islamiah, Irsyad Zuhri Al-Islamiah, Al-Maarif Al-Islamiah, Alsagoff Al-Arabiah, Al-Arabiah Al-Islamiah, dan Wak Tanjong Al-Islamiah. Empat di antaranya merupakan madrasah ko-edukasional, sedangkan dua lainnya merupakan madrasah yang menawarkan pendidikan secara eksklusif untuk anak perempuan.
“Sistem dan metode pendidikan di Singapura adalah simultan, terprogram, bertahap. Materi pendidikan Islam diorientasikan pada ibadah praktis, tidak menjejali siswa dengan materi yang bersifat teoritik yang rentan pada perbedaan,” terang Fathur.
Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan Syafriansyah atas nama Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam menyampaikan terimakasih dan apresiasi kepada Al Zuhri. “Semoga mahasiswa dapat termotivasi dan terinspirasi dalam kunjungan studen mobility program,” kata Syafri.
Executive Director at al-Zuhri Institute of Higher Education Mas’udin Syarifuddin mengatakan guna menghindari faham radikal dan intoleran masyarakat muslim, Singapura membentuk Asatizah Recognition Schema. Hal ini sejalan dengan kondisi sosial politik Singapura yang memfokuskan pada pembangunan keamanan dan stabilitas nasional.
Di Singapura, kegiatan kemahasiswaan juga diarahkan untuk pengembangan akademik seperti KKN dan pendelegasian ke luar negeri. “Di sini tidak ada demonstrasi mahasiswa karena orientasi kami pada persoalan pragmatis untuk pengembangan SDM,” kata Mas’udin.
Di antara Wakil Rektor/Wakil Ketua PTKIN yang ikut serta adalah dari IAIN Salatiga, IAIN Pekalongan, IAIN Padangsidempuan, STAIN Bengkalis, IAIN Bone, IAIN Parepare, IAIN Madura, IAIN Kerinci, IAIN Kediri, IAIN Curup, IAIN Tulungagung, IAIN Metro Lampung, IAIN Gorontalo, UIN Maliki Malang, UIN STS Jambi, UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, dan UIN Ar-Raniry Aceh.
Rihlah ilmiyah SMP ini dipimpin oleh Syafriansyah. Ikut mendampingi Kasi Kemahasiswaan Ruchman Basori, Kasi Sarpras PTKIS Otisia Arinindiyah, dan Kasi Sarpras PTKIN Nur Yasin. (Rel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *